BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Organ Ekskresi salah satunya adalah
Ginjal. Dunia kedokteran biasa menyebutnya 'ren' (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah,
berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x
3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum
ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi
sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran
panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh
Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus.
Pada ginjal terjadi proses pembentukan urine secara
kompleks hingga terjadi urine yang sebenarnya. Proses-prosesnya terdiri dari
filtrasi, absorbsi, dan augmentasi. Didalam urine terkandung glukosa dan
Amoniak. Glukosa yang terkandung dalam urine pasti berbeda tiap orang. Proses
pengeluaran zat-zat sisa dari tubuh dibedakan atas defekasi, ekshesi, dan
sekresi.
Defekasi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil
pencernaan makanan yang tak berguna bagi tubuh disebut feses. Feses dikeluarkan
melalui anuszat-zat sisa hasil pencernaan ini tidak pernah masuk kedalam
jaringan tubuh, sehingga tidak pernah mengalami metabolisme di dalam sel. Jadi,
feses bukan zat-zat sisa metabolisme sel. Ekskresi adalah proses pengeluaran
zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh dan dapat
dikeluarkan bersama urine, keringat, atau pernafasan. Sekresi adalah proses
pengeluaran getah oleh kelenjar dan berguna bagi tubuh. Getah tersebut umumnya
mengandung enzim.
Pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dari dalam
tubuh dapat melalui ginjal, kulit, paru-paru dan saluran pencernaan. Proses
pengeluaran karbon dioksida, adalh satu diantara zat sisa hasil metabolisme
yang dikeluarkan melalui paru-paru. Demikian pula zat warna empedu, sebagai hasil
pembongkaran hemoglobin dikelurkan melalui hati. Pengeluaran zat-zat sisa
senyawa logam dikeluarkan melalui kolon bersama feses. Pengeluaran zat-zat sisa
lainnya adalah melalui kulit yang berbentuk keringat, dan melalui ginjal
berbentuk urine.
Metabolisme protein menghasilkan zat-zat sisa yang
mengandung nitrogen. Metabolisme protein akan menghasilkan asam amino, kemudian
asam amino ini diuraikan lagi menjadi NH4OH dan
senyawa NH3. Senyawa-senyawa terakhir ini bersifat racun terhadap sel dan
segera dibuang dari tubuh. NH3 ini dalam sel segera diikat oleh
karbon dioksida dan sejenis asam amino yang disebut ornitin, membentuk asam
amino kedua yang disebut sitrulin. Asam-asam amino ini tidak bersifat racun,
molekulnya relative kecil sehingga masih dapat berdifusi meninggalkan sel dan
masuk kedalam aliran darah dan akhirnya masuk kedalam hati. Oleh enzim
arginase, arginin yang terdapat dalam hati diuraikan kembali menjadi ornitin
dan urea. Enzim arginase hanya terdapat dalam kelenjar hati, demikian juga senyawa
arginin hanya dipecah dalam hati.
1.2
Tujuan
Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
memeriksa ada tidaknya kadar glukosa dalam urine serta dapat mengenal bau
amoniak dari hasil penguraian urea dalam urine.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Urine
Urin
atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan
urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra.
2. Komposisi Urine
Urin
terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi
yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang
dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang
baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah
suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita
diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Kandungan Urin Normal mengandung
sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat yang
terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun
kelektrolitanya, diantaranya adalah :
Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon (Guyton, 1996)
Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon (Guyton, 1996)
Ion Sodium (Na+),
Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam Jumlah
Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-, PO43-),
(Guyton, 1996)
Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit ( Anonim, 2008 ).
Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit ( Anonim, 2008 ).
Bau normal urine berbau aromatik yang
memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau
mencerna obat-obatan tertentu ( Anonim, 2008 )
Berat jenis adalah berat atau derajat konsentrasi bahan
(zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air
yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal
berat jenis : 1010 - 1025
Kejernihan normal
urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mucus
(Anonim,2008).
pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali ( Anonim, 2008 ).
pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali ( Anonim, 2008 ).
3.
Fungsi Urine
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal
dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri.
Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa
diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi
penunjuk dehidrasi.
4. Mekanisme Pembentukan Urine
a. `Penyaringan ( Filtrasi )
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan
struktur spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan
medium-molekular-protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang
identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut
filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di
mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai
arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus
didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara
glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang
mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari
tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu :
endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler
terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh
jendela atau fenestrate .
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air
dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam
kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn
untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada
karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk
filtrasi ( filtration barrier ) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen
seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan
bebas tersaring .
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring,
sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun
karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi
filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged ) dari sretiap molekul
juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positive ) lebih mudah tersaring dari pada
anionBahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam
amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati
saringan dan menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa
filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi
tidak mengandung protein).
b. Penyerapan ( Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian
terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi
dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung
jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain.
Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan
meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai
hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari
komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur
paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh sel dari
cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan
interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma).
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur
paraseluler bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan
struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya.
Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi
transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan
tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga
konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya
disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel
bersifat negative . pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik
transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini
berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na (
contransport ) atau berlawanan pimpinan ( countertransport ).
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme
ini ( secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat,
sulfat, dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah
konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma
basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi
dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na.
c. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena
itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus
kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus
kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada
filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih
dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari
zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder
yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder,
zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya
ureum dari 0,03′, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap
melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi
air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
d. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat
ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya
pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa
metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat
sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain,
CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).
Karbon
dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang
berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak
berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian
masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian
juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut
(Sherwood.2001).
Amonia (NH3),
hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh
karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang
kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil
perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada
kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna
memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah
dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah .
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat dan Bahan Uji Glukosa dalam Urine
Alat : Tabung Reaksi, Pipet tetes, Spritus, Bunsen.
Bahan : Larutan Benedict, Urine.
B. Alat dan Bahan Uji Amonia dalam Urine
Alat : Tabung Reaksi, Pipet tetes, Spritus, Bunsen.
Bahan : Urine.
3.2 Cara Kerja
A. Cara Kerja Uji Kadar Glukosa dalam Urine
1.
Mendidihkan
5 ml larutan Benedict di dalam tabung reaksi.
2.
Lalu
menambahkan 6 tetes urine ke dalam larutan tadi kemudian di panaskan lagi
selama 2 menit kemudian di dinginkan.
3.
Setelah
dingin, mulai diamati apkah terjadi perubahan warna pada endapan yang terjadi.
4.
Memeriksa
apakah urine tersebut mengandung glukosa berapa banyak dengan menggunakan
indikator perubahan warna.
5.
Setelah
terlihat hasilnya, maka catat data yang di dapat kemudian bahas dalam
pembahasan.
B. Cara KerjaUji Amonia dalam
Urine
- Memasukan 1 ml Urine ke dalam tabung reaksi.
- Memanaskan urine tersebut dengan bunsen
- Lalu mencium bau yang dihasilkan oleh pemanasan tersebut.
- Membahas data yang di dapat dalam pembahasan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
A. Uji
Glukosa dalam Urine
Tabel 1
Intensitas warna urine setelah
dilakukan pemanasan
Nama
|
Intensitas Warna
|
|||
Hijau
|
Merah
|
Orange
|
Kuning
|
|
Fitriyani
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Atin Nurmala
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Arif Fitria S
|
-
|
-
|
-
|
+
|
Foto Pengamatan Uji Glukosa dalam
Urine
B.
Uji Amonia dalam Urine
Tabel II
Uji Amonia dalam Urine setelah
Dipanaskan
No
|
Nama
|
Kadar Amonia
|
1
|
Fitriyani
|
Rendah
|
2
|
Atin Nurmala
|
Tinggi
|
3
|
Arif Fitria S
|
Tinggi
|
Foto Pengamatan Uji Amonia dalam Urine
4.2 Pembahasan
A. Pembahasan Uji Glukosa
dalam Urine
Dari hasil
pengamatan dan percobaan mengenai kadar glukosa dalam urine, kita dapat
mengetahui adanya kada-kadar glukosa yang berbeda dari setiap urine. Urine pertama (fitriyani) didapat warna
hijau setelah dilakukan pemanasan dengan
mencampurkan larutan Benedict didalamnya.
Ini menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung kadar gula yang rendah
yaitu 1%. Ini bias terjadi karena
rendahnya gula atau kadar glukosa yang dikonsumsi. Sehingga urine pertama berubah menjadi hijau.
Pada urine kedua (Atin Nurmala), urine nya pun berubah menjadi kehijauan
setelah dicampur dengan larutan Benedict yang kemudian dipanaska. Urine ini sama kadar gula atau glukosanya
dengan urine pertama, yaitu 1%.
Sedangkan pada urine ketiga (Arif Fitria S), urine yang telah dicapurkan
Benedict lalu dipanaskan merubah warna urine menjadi kuning. Warna kuning pada urine ketiga ini
menunjukkan adanya kadar gula 5%.
Menandakan kadar gula dalam urine tersebut tinggi.
Tinggi
rendahnya kadar glukosa dalam urine biasanya dipengaruhi oleh banyaknya gula
atau glukosa yang dikonsumsi. Makin
banyak gula yang dikonsumsi, maka akan semakin tinggi kadar glukosa yang ada
dalam urin. Sebaliknya, jika sedikit
mengkonsumsi gula maka akan semakin sedikit juga kadar glukosa dalam urine
tersebut. Perlu dicatat, bahwa menkonsumsi gula secara berlebihan akan
menimbulkan berbagai penyakit seperti gagal ginjal dan batu ginjal. Gagal ginjal merupakan kelainan pada ginjal dimana ginjal sudah
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menyaring dan membersihkan
darah dari zat-zat sisa metabolisme.
B. Pembahasan Uji Amonia dalam Urine
Amoniak merupakan senyawa kimia yang memiliki lambang NH4.
bau amoniak ini sangat menyengat. Baunya pesing, apalagi jika habis menkonsumsi
jengkol, dan pete. Hal ini dikarenakan setelah diolah maka pati jengkol
tersebut akan mengkristal dan akan dikeluarkan lagi dengan zat-zat yang tidak
berguna. Sehingga dapat menyebabkan bau yang lebih pesing.
Pada praktikum kali ini pengamat
melakukan pengamatan terhadap urine untuk mengenal bau amoniak dari
hasil penguraian urea dalam urine. Pengamat
melakukan pemanasan kepada urine yang telah dimasukan ke dalam tabung
reaksi. Setelah dipanaskan lalu saya mencium bau urine tersebut dengan cara
dikipas-kipas pada atas tabung reaksi sehingga bau amoniaknya dapat tercium.
Dari data hasil pengamatan mengenai ammonia dalam urine didapat
hasil bahwa urine pertama mengandung ammonia yang rendah. Urine kedua dan ketiga mengandung ammonia
yang sangat tinngi karena pada saat percobaan didapatkan bau ammonia/bau pesing
yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar